Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menghisap Energi Gradasi Biru Karimun Jawa (Part 2)

“Mbak, minta list menunya ya saya bawa ke meja”, Ucap Bimo.

“Oiya silahkan mas, ini pulpennya ya mas”.

“Mbak, kafenya tutup jam berapa sih?”

“Jam 10 mas tutupnya, biasanya sih jam setengah sebelas, tapi karena pengen ikut dangdutan disitu jadi ya Cuma sampe jam 10 aja.. hehehe”. Ujar waiter dengan polos tak berdosa.

Aku dan Bimo tak bisa berkata-kata terdiam seribu bahasa mendengar ada sebuah kafe tutup jam 10 malam padahal ini terletak di lokasi resort terkenal apalagi ditutup lebih cepat gara-gara hanya ingin menonton orkes dangdut dan secara terang-terangan memberitahukannya di depan wajah para pengunjung kafe sepeti kami yang lebih suka mendengar tilawah Qur’an ketimbang begajulan ndak jelas. Dari sekelumit percakapan ini, aku menyimpulkan tiga hipotesa. Yang pertama bahwa orkes dangdut mungkin adalah hiburan utama yang dianggap sebagai the most wanted entertainment di pulau ini. Yang kedua, karena merupakan hiburan yang paling diinginkan maka menonton dangdut mungkin lebih penting daripada kehidupan asmaranya sendiri. Dan yang ketiga, Pemilik kafe ini mungkin adalah seorang pak haji sehingga kafe hanya buka sampai pukul 10 malam saja karena jika buka hingga dini hari tentu tidak syari’I dan ditakutkan menimbulkan hal-hal yang dilarang oleh Bang Haji Rhoma Irama seperti begadang yang tiada artinya, menenggak minuman keras miras apapun namanya, melakukan zina karena apapun yang enak-enak banyak yang dilarang-larang. What a café!! 

Setelah kulihat jam tanganku ternyata sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB dan berarti kami hanya punya waktu 1,5 jam untuk menikmati suasana kafe dan laut ini. Tak apalah, walau sekelebat tapi tetap bisa merasakan sensasinya. Pesanan yang telah kami order sebelumnya telah datang. Bimo dan Lina memesan sebuah minuman berbau aneh yang mereka minum berdua. Merry memesan minuman yang tercampur dengan buah-buahan. Aku dan Vina memesan minuman mengandung soda. Kami menikmati malam itu dengan obrolan ngalor-ngidul tentang keluarga, sahabat, kerjaan kantor, tempat wisata yang pernah dikunjungi, sedikit tentang asmara, dan tentunya tentang suasana malam itu sendiri. Kami tertawa lepas merayakan apa saja yang bisa dirayakan saat itu. Sesekali aku melihat obrolan di grup Whatsapp untuk mengetahui jalannya pertandingan antara Indonesia U19 melawan Korea Selatan U19. Setelah waktu habis karena kafe akan ditutup, kamipun beranjak pulang. Aku agak terburu-buru untuk sampai penginapan berharap pertandingan yang disiarkan salah satu TV swasta belum usai.

Rumah penginapan kami ternyata telah penuh dengan kemeriahan Mas Tobing, dan kawan-kawannya sesama pengelola agen travel serta penghuni 3 kamar lain. Mereka semua berada di ruang tengah yang merupakan ruang utama di penginapan kami sambil bersorak mendukung tim Indonesia U19 yang ditayangkan lewat layar kaca. Kami yang baru datang langsung ikut bergabung dengan hingar bingar itu dan ternyata Indonesia unggul 3 – 2 atas negeri Kpop. Aku sangat tak percaya sekaligus terharu melihat adik-adik punggawa timnas (adik-adik? Baru nyadar udah tua ternyata!) mampu menunjukkan permainan secantik itu, semempesona itu. Bahkan juara piala usia U19 12 kali sekaligus penyandang titel juara bertahan tersebut mampu didikte oleh permainan timnas kita. Evan Dimas pencetak hattrick dari permainan kaki ke kaki nan cantik tak seperti gol tim Korea yang tercetak dari setpiece bola-bola mati belaka.

Setelah acara selesai, kami beranjak masuk kekamar masing-masing untuk beristirahat. Dengan perasaan bahagia yang menghujamku tanpa ampun, akupun tertidur pulas berharap mimpi indah mendatangiku.

                                                            ***********

Hari ke-3. Minggu, 14 oktober 2013

Sang surya sudah cukup jauh meninggalkan garis cakrawala saat aku dan Bimo berencana keluar menikmati pantai. Aku dan Bimo curiga para cewek sudah pergi dahulu meninggalkan kami berdua karena tak terdengar suara apapun dari kamar sebelah. Setelah aku keluar dan mengecek sandalnya ternyata mereka bertiga masih di dalam kamar dan tertidur pulas sekali. Aku dan Bimo kemudian berjalan kearah kafe semalam dan memang benar pemandangan pantai cukup indah jika pagi hari. Bimo membawa kamera pocketnya yang water resistance dan kami tak menyia-nyiakan pemandangan ini berlalu begitu saja tanpa terekam. 

Setelah puas berfoto ria, aku dan Bimo kembali menuju penginapan dan setelah sampai apa yang terjadi? Ternyata mereka bertiga belum bangun juga, padahal sudah pukul 7 lebih. Kulihat di meja makan ruang tengah sarapan sudah tersajikan. Tak ingin dewa nagaku mengkudeta, kami berduapun menyantap sarapan pagi mendahului para cewek yang masih terombang-ambing di dunia limbo. Lalu mereka terbangun dari mimpi dan mulai mengais-ngais apapun yang mampu mengganjal perut. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi dan perjalanan menulusuri keindahan pantai juga taman laut seantero Karimunjawa akan segera dimulai. Mas Tobing semalam berkata bahwa jam segini mobil L300 akan menjemput kami dan mengantarkan ke dermaga kecil tempat perahu-perahu motor berlabuh. Dan benar saja, suara klakson sudah memanggil kami berlima untuk segera berangkat. Kami kemudian sampai di dermaga kecil. Dermaga ini tak sama dengan dermaga tempat kapal besar semacam kapal Bahari atau Muria berlabuh. Puluhan perahu-perahu motor ukuran sedang sudah siap untuk membawa wisatawan yang akan bertualang hari ini. Perahu yang kami tumpangi ternyata diisi oleh sekitar 15 orang termasuk kami. Setelah ini itu siap, kamipun berangkat berlayar menuju perairan pantai ujung gelam untuk bersnorkeling ria. 

Dermaga kecil tempat perahu motor bersandar

Aku sangat senang melihat pantai dan laut yang begitu memukau saat menaiki perahu motor. Pulau-pulau kecil yang entah apa namanya sangat indah dan mempesona. Terlihat pantai ujung gelam yang indah, pulau Menjangan kecil, pulau Gosong dan lain-lain yang tak puas jika dinikmati sekelebat saja. Sepanjang jalan menuju spot snorkeling memang karang dan taman laut lainnya sangat indah, dan kedalaman lautnya cukup dangkal hingga bisa di lihat dari atas perahu serta batu-batu karangnya juga ikan-ikan berwarna-warni nan cantik yang begitu menggoda kami. Aku tak pernah melihat keindahan ini setelah kecantikan lagoon cabe di seputaran taman nasional Krakatau tahun lalu.

Panorama gugusan kepulauan Karimun Jawa

Sampai juga di dekat spot snorkeling pertama. Kami semua mulai bersiap memakai perlengkapan snorkeling lengkap, seperti pelampung agar tetap mengambang di permukaan, masker untuk melindungi mata dari rasa pedih terkena air laut dan juga untuk memperjelas penglihatan saat melihat dasar laut, snorkel yang berbentuk seperti selang untuk bernafas menggunakan mulut, serta kaki katak untuk menambah daya dorong saat berenang di laut. Tak butuh waktu lama untuk memakai itu semua karena rata-rata dari kami sudah pernah melakukan snorkeling. Kamipun kemudian turun berenang ke air sesegara mungkin karena tak sabar lagi. Byurrrrr…

Bersiap turun ke laut

Lidahku ngilu merasakan air laut yang begitu asinnya melebihi masakan orang yang kebelet kawin sepertinya. Mataku, walaupun terlindung oleh masker tapi tetap saja masih ada yang air yang merembes masuk membuat pedih menusuk. Hidung pun juga tak ketinggalan kemasukan air laut. Hati bagaimana hati?? Tak usah ditanya! Namun semua hal tak mengenakkan itu terbayar kontan oleh keindangan bawah laut perairan Menjangan. Indah sekali batu karangnya, berwarna-warni walaupun ikan yang berseliweran bisa dihitung dengan jari. Aku tak henti-hentinya berenang kesana kemari menelusuri karang-karang cantik yang mungkin terbentuk sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Tuhan memang Maha Indah.

Everywhere we need to exist even on water sea

The beatiful one that amaze me successfully

Hampir satu jam aku memuaskan diri melihat karang bawah laut bersama keempat temanku dan rombongan lain yang seperahu. Kemudian guide kami menginstruksikan untuk menyudahi kegiatan snorkeling di perairan situ untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Cemara kecil. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit. Lalu sampailah kami di pulau cemara kecil. 

Perjalanan menuju cemara kecil, terlihat gradasi biru air laut

Disekitar pulau terdapat pasir putih nan halus yang karena surut, pantai itu muncul kepermukaan. Pantai cukup sepi layaknya privat island seperti di film-film itu. Kami kemudian turun dari perahu dan saling berlarian kesana kemari seperti anak kecil yang baru mendapat mainan kesukaannya. Pantai putihnya sungguh lapang dan ber-backgorund pegunungan pulau Karimunjawa. Air di pinggir pantai sangat jernih membuat kami ingin memainkan gemerciknya. Kami berfoto ria disini, saling bergantian berfoto sambil loncat atau istilah fotografinya Levitasi. Ada yang foto nggelosor di pasir, ada. Ada yang foto sambil bertapa, ada. Ada yang bahkan mati gaya mau foto seperti apa, ada.

Terlihat kulit kami mulai eksotis

Kami berlima merasa kepanasan kemudian berjalan menuju pantai yang lebih teduh dengan rimbunan pohon cemara. Oiya, pulau ini dinamakan pulau cemara karena memang di pulau kecil ini banyak tumbuh pohon cemara walaupun tak ditemukan satupun burung kutilang yang bernyanyi. (ndagel mas?). Guide kami ternyata menyediakan makan siang dalam bentuk bebakaran ikan yang tentunya dibakar di pulau ini supaya trip ini tambah berwarna. Ikan mentah, nasi hangat, saus kecap, dan tetek bengek lainnya telah dibawa dari Pulau Karimunjawa. Bahkan disini kami tinggal menunggui ikannya matang saja karena para guide sangat berbaik hati untuk mengurusi bebakaran ikan yang lumayan repot itu.

Berjalan menuju cemara kecil

Disela-sela menunggui ikan yang sedang dibakar, kami berlima bercerita ini itu. Namun karena didominasi oleh karyawan sebuah perusahaan operator jalan tol maka yang jadi bahan obrolanpun seputaran kisah-kisah mereka – Bimo, Mery, Lina – dikantor. Mereka bercerita tentang kelucuan dan tingkah-tingkah nyeleneh saat berlangsungnya pendidikan dan perploncoan selama sebulan penuh oleh kopassus Republik Indonesia. Aku tak henti-hentinya tertawa mendengarkan Lina bercerita tingkah menggelikan dia dan teman-temannya. Lucu yang apa adanya tanpa dibuat-buat. Lina ini jika sedang bercerita mengingatkanku akan mbak kandung tertuaku karena cara bercerita dan tertawanya sungguh mirip. Sambil mendengarkan cerita aku membuat lubang hanya sekedar iseng belaka karena aku tak tahan kalau diam saja. Ternyata Merry juga membuat lubang dan atas tantangan Lina, kamipun membuat terowongan untuk menghubungkan kedua lubang pasir kami, notabene kami sebagai insinyur teknik sipil. Akhirnya, lubang kami bisa terhubung! nggak penting ya? Iya deh.

Mas guide memberi isyarat ke kami bahwa ikan sudah matang. Tak perlu bertele-tele, kami segera bergerak menuju arah tempat bebakaran, mengambil piring, mengambil nasi, ikan satu ekor kemudian mengambil saus kecap yang banyak lalu kami bawa ke tempat duduk tadi. Dan semuanya perlahan masuk ke mulut masing-masing. Piring dibuat bersih, makanan dibuat tak bersisa, kami makan dengan kesetanan. Dan ketika telah kenyang parah, ngantuk mulai mendera. Mas guide menerangkan kemana tujuan perahu ini berlabuh selanjutnya, yaitu snorkeling lagi di pulau gosong. Menurut penduduk Karimunjawa, pulau Gosong adalah pulau karang dan pasir yang akan terlihat saat gelombang laut mengalami pasang dan katanya disitu batu karangnya lumayan bagus. Kami mulai move on (ciee!! move on) dari pulau Cemara besar untuk kembali ke perahu. Motor penggerak perahu bertenaga diesel telah dinyalakan dan kepulan asap hitam keabu-abuannya mendarat dihidung awak penumpang.  Berangkatlah kami ke tujuan selanjutnya.

Tak butuh waktu lama ke lokasi yang dimaksud. Hanya sekitar 15-20 menit perahu sudah sampai. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 1 siang dengan kondisi cuaca yang cerah cemerlang, biru tanpa sebutirpun awan. Bisa dibayangkan sendiri betapa panasnya disana. Untunglah deru angin laut sedikit menyapu energi panas matahari sehingga kulit kami tak terasa terbakar walaupun menghitam takkan mungkin bisa dihindari.

Pulau gosong, terlihat jelas jika surut

Batu karang bawah laut dan sejuta ikan warna-warni yang cantik mampu dilihat dari atas perahu karena jernihnya air dan dasar laut yang cukup dangkal. Gradasi perubahan warna biru yang berangsur-angsur dari biru tua ke biru muda (cyan) sangat kentara dan mengingatkanku akan masa kecilku yang pernah mewarnai gambar pantai menggunakan crayon dengan sistem gradasi. Sangat cantik dan menawan. Kami pasang lagi persenjataan snorkeling yang telah kami lepas tadi. Dan byurrrr…

Para cewek yang tak pernah berhenti eksis dimanapun, kapanpun. (termasuk aku jg ding)

Remah-remah roti dari sisa jajanan yang dibawa para penumpang perahu ditabur-taburkan ke air laut. Tak pelak ikan-ikan kecil warna-warni berduyun-duyun mengerubungi arah jatuhnya remah itu dan menghabiskannya tanpa ampun. Pemandangan ini sontak membuat hati kami gembira dan senang. Kami jatuhkan lagi remah roti, begitu berulang-ulang. Tapi aku paling gemar berlama-lama dan menyendiri untuk melihat cadasnya karang berbalut dengan keindahan warna warninya. Para penumpang lain biasanya bergerombol dalam satu area saat snorkeling padahal begitu luasanya lokasi yang bisa dieskplor. Mungkin karena mereka berebut ingin difoto dalam air laut ber-backgorund ikan dan karang. Ya sangat naïf memang kalau tak mau mengabadikan keindahan ini bersama diri kita tapi tetap saja tujuan utama dari wisata ini adalah melihat karang dan keragaman bawah laut. Bagiku, berfoto-foto adalah bonus yang aku raih tanpa mengurangi esensi dari berwisata atau ber-traveling sendiri.

Aku dan karang cantik

Bimo dan Ikan warna-warni

Kalau dari keindahan taman lautnya, ber-snorkling di perairan pulau Gosong menurutku lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan ber-snorkeling di spot pertama tadi. Ini menurutku, namun selera orang kan berbeda-beda.
 
Sekitar satu jam lebih kami puas bermain dan bercanda juga berfoto ria dengan karang dan ikan-ikan ini dan kemudian guide menyuruh kami segera naik ke perahu untuk melanjutkan perjalanan lagi ke pantai Tanjung Gelam. Perjalanan ditempuh cukup cepat, sekitar 15 menit dan sampailah kami. Sepertinya memang semua pantai di gugusan kepulauan Karimunjawa tak ada satupun yang tak jernih dan berpasir putih, termasuk pantai Tanjung Gelam ini. Aku kemudian turun ke pantai bersama keempat temanku dan menuju warung-warung yang berderatan di tepian pantai. Warung sederhana dengan atap terbuat dari ijuk kelapa itu menjajakan aneka jajanan yang khas pantai, seperti misalnya kelapa muda asli dari pepohonan situ, juga gorengan yang masih fresh from the wajan. Kami duduk di sebuah warung yang tak ramai pengunjung lain dan segera memesan kelapa muda untuk memusnahkan dahaga kami dan sesekali memakan gorengan yang masih hangat. Untuk kawasan pantai Tanjung Gelam sendiri  masih termasuk di pulau utama Karimun jawa yang terletak di sisi timur pulau. 

Pantai Ujung Gelam

Kenyang, kami kemudian berinisiatif untuk kembali membakar kalori dari apa yang barusaja dimakan yaitu dengan berenang lagi. Karena dangkal, kami tak perlu memakai pelampung dan kaki katak walaupun masih memakai snorkel. Pokoknya hari ini kami sedang merasa menjadi mahluk amfibi yang hidup di dua dunia. Ternyata di pinggir pantai terdapat beberapa karang dan juga ikan juga. Si Vina yang belajar berenang telentang tapi tak bisa-bisa, Lina yang juga belajar cara menyelam yang baik dari Bimo, Merry yang tak banyak polah, aku sendiri berenang kesana-kemari melihat ikan bersembunyi di sela-sela karang hingga tak terasa senja mulai datang lagi.

Aku tak tahu sudah jam berapakah ini, tapi matahari yang semakin jatuh ke horizon menandakan malam akan segara tiba. Di perjalanan pulang ke dermaga, semua penumpang perahu seakan terbisu. Entah karena kecapekan setelah seharian memancarkan energi atau karena merenung menikmati senja di tengah biru samudera dan oranye langit sambil dihempaskan angin laut. Yang jelas, kami bersyukur dan bahagia atas hari ini.

Jika berkenan, mohon untuk melanjutkan membaca cerita ke part 3! (catper macam apa ini, sungguh bertele-tele!!)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar