Dengan diirigi lagu dari salah satu ben favoritku, Pure
Saturday, dengan lagunya yang berjudul “lighthouse”, maka secara simbolis akan ku
buka lagi blog yang kurang lebih satu tahun ini mati suri karena kesibukanku sebagai
si penulis yang sok menyibukkan diri
dengan urusan pekerjaan dan sesekali urusan gelora asmara yang ndayu-ndayu itu... Jreng..jreng..jreng!
Re-Prolog sendiri menurut tafsir kamus besar bahasaku pribadi
adalah permulaan atau awalan sebelum masuk ke suatu cerita, yang diulangi di
bagian tengah cerita, bukan untuk berganti kisah melainkan untuk memberikan
karakter yang kuat pada cerita itu sendiri. Yang tadinya kisah itu tak bermakna
sekarang akan menjadi lebih bermakna, mungkin dengan sedikit taburan bumbu
sudut pandang baru yang lebih renyah.
Tentunya dengan tulisan berjudul re-prolog ini adalah sebuah
titik balik bagiku dimana kehidupan yang terjal dan penuh liku ini telah
mengajarkan banyak hal berharga yang juga telah mengubah sudut pandangku akan hal-hal
yang serius maupun momentum-momentum sederhana tapi justru mengesankan. Hal-hal
yang tadinya hanya bersembunyi dibalik tirani sekarang telah menari-nari
telanjang di depan mata dan di dalam hati. Mungkin ibarat grafik persamaan
kuadrat pangkat dua yang akan menemui titik balik sesaat setelah dia mencapai
puncaknya. Tinggal kita memberi sentuhan nilai positif didepan variabel kuadrat
itu agar titik balik kita menuju keatas bukan malah sebalikya.
Rasa-rasanya aku seperti terlahir kembali, seperti menemukan
pagi yang baru di suatu hari, tapi sebenarnya buka hal itu kok yang kutekankan di
tulisan ini. Yang sebenar-benarnya
adalah aku hanya mengalami sedikit proses pendewasaan dalam menulis dan
bercerita serta berbagi. Karena waktu dan perjalanan kehidupan sebagai arus
utama yang akan mendewasakan kita ataupun justru akan membuat fisik kita saja
yang menua tanpa diiringi oleh cara berpikir dan sudut pandang sebagai poros
dari proses ini. Bukan begitu?
Mungkin selanjutnya, isi dari blogku yang tak penting ini (karena
blog ini bukan blog inspiratif yang apabila membacanya tak akan menjadikan
pembaca kaya raya ataupun bisa masuk surga dengan Free pass card) akan berisi
tentang catatan perjalananku saat ber-traveling
ria karena aku adalah pecinta jalan-jalan atau istilah kekiniannya adalah sang
pejalan. Namun tak hanya itu saja, akan ku isi juga dengan tulisan-tulisan
mengenai apa saja yang aku alami, aku pelajari, aku lihat, dengar dan rasakan.
Baik yang serius, guyon, ngawur,
urakan, sedih, ndayu, dan sebagainya.
Juga tentang hal-hal berkaitan dengan kegiatan berkesenian dan olah rasa.
Masih mengenai tulisanku ini yang ternyata diikuti oleh
harapan-harapan sekaligus menjadi imajinasiku tentang masa depan. Suatu saat
energi dahsyat yang sekarang sedang dalam perjalanan menemukan pancaran energiku,
akan membaca seluruh tulisan ini, pun juga dengan keturunanku kelak. Mereka
akan melihat betapa bapak moyangnya ini menjalani proses kehidupan yang begitu
sederhananya.
Ah sudahlah tak usah
bertele-tele lagi, silahkan dinikmati saja blogku ini. Lugas, tanpa tendensi
apapun, apalagi ber-pretensi sesuatu.
Jadi, Jangan hanya diam! Tuliskan
saja apa yang sejatinya ingin kita tuliskan. Berceritalah. Berbagilah.
Edelweis biru.
15 Agustus 2013, menjelang
kemerdekaan.